Label

Sabtu, 07 Mei 2016

Cahaya Jingga Lampu Jalan






Hening jalan malam kala itu, Sedikit membalut luka -rasa yang beranjak pergi dari hatiku- sebab hening yang dalam terenyuh pada rongga dadaku yang sedang teduh, bernafas sebebas itu. Ku lihat cahaya yang hangat sekali, menerangi setiap perjalananku. Lampu jalan yang jingga berpendar.

Ya . . . lampu jalan. Apakah aku tak romantis jika bercerita tentang lampu jalan? haruskah melulu ku pasrahkan diksi dan aksaraku pada keindahan senja atau bintang malam?

Bagiku mungkin sama saja. Aku tak benar-benar memilah rasa. Anggap saja aku bodoh. Tapi benar, aku suka pada cahaya jingga lampu jalan. Sungguh !! Terlebih jika gerimis datang. Ah... kerjasama yang indah antara rintik dan cahaya jingga itu. Kala malam menjemput lelah pada yang lain. Aku belum ingin terlelap. Aku masih ingin di jalan bersama terang yang temaram itu, Berbagi oksigen dengan pepohonan, berbagi sunyi dengan keheningan malam.

Kau tau? lebih dari sekedar cahaya jingga lampu jalan, ada sesuatu yang syahdu terumuskan dalam rasa.
Cahaya jingga seperti memberi ruh pada apa saja yang dijatuhinya. Semua hal yang dilewati jingga menjadi begitu hidup dan punya cerita. Seakan tak henti membuatku menatap dan merasa. Aku tak sendirian meski ditinggal bulan yang cemburu. Bermandikan cahaya jingga, aku hangat dalam ingatan tentang masa kecil yang lalulalang membias dalam kepala. Juga ingatan tentangmu, tentang masa laluku yang lucu sesakit apapun itu. Aku tak merasa sendirian, sebab hangat menembus kedalam kalbu. Dalam cahaya jingga, ada banyak rahasia yang tersimpan. Cahaya yang tak begitu terang, menyembunyikan beberapa hal untuk disimpan. Cahaya jingga punya rahasianya sendiri, itu sebab ia tak begitu terang. Redup atau Temaram saja.

Bukan hanya sebatas itu, banyak lagi yang tak mampu aku surat kedalam aksara. Rasanya begitu penuh dalam dada. Jangan lupa berterimakasih pada malam yang membuat cahaya jingga menjadi seindah itu.

Tuhan adil sekali. DiciptakanNya Langit sore untuk membuat Senja yang Jingga. DiciptakanNya Manusia untuk membuat Lampu Jalan yang Jingga (juga). Indah.


bukan tentang apa-apa


perkara yang ini 
aku tak lagi paham
tentang diriku sendiri
mati dalam diam

diburu waktu
ditikam detik
dilukai menit 
dibunuh rasa

terpintal sudah tiap-tiap lara
dari aku yang bisu menerka
menebak semesta dengan rumusan
yang tak pernah jadi tembusan

perih 
bekas
lirih
keras
hati
mati
diri

aku tak pernah dikecewakan 
sebab aku yang mengecewakan
diri orang yang lain
atau diri ku yang lain

sepisau luka
seiris pedih
aku tak kuasa
selesai sudah lirih

sadarkan aku
siapapun kau
yang tak harus membisu
sebab ku tak mau kau begitu

ini bukan tentang siapa-siapa
juga bukan tentang apa-apa
hanya perkara aku 
yang tak bisa berlaku

hidup dalam kotak tenang
tapi ingin selalu menang
mana bisa ku di kenang
jika hanya ini yang ku karang

sempit rasa pikir
entah darimana pusing ini mampir
kelak aku kan hadir
dalam dunia baru yang semoga tak getir

sebelum itu sudahi kata
lebih guna aku berdamai pada lara
pada diri sendiri yang hina
supaya tak lagi membenci semesta.