Hujan larut dalam cangkir seorang muda yang merayakan kesepian.
Satu-satunya harapan adalah kehilangan.
Nafasmu, sama dinginnya dengan pinggiran kota yang diguyur gerimis malam ini.
Darimu, semua telah habis.
Waktu yang dipukul mundur, beberapa ribu menit sebelum akhirnya --ku kira-- tubuhmu dalam jangkauan lenganku.
Bung.
-nhnuy
Bekasi, 27 September 2017