Perempuan Obrak-Abrik
Rian Harahap
Tafsir
oleh Nurul Hikmah
Naskah perempuan obrak-abrik sedikit
banyak menggambarkan tentang kegelisahan perempuan. Kaum perempuan yang merasa
terbatasi oleh norma serta pandangan umum yang menempatkan perempuan pada
posisi nomor dua setelah kaum laki-laki. Banyak kalangan yang mendiskreditkan
perempuan. Naskah karya Rian Harahap ini mencoba mengangkat sebuah realita
sosial dari sudut pandang perempuan yang merasa dunia menganggap bahwa
perempuan adalah kaum yang lemah, tidak memiliki kebebasan yang hakiki, menjadi
“alat” kesenangan bagi kaum laki-laki, Perempuan ditindas secara fisik maupun
psikis. Sehingga, umpan baliknya adalah kebencian yang mengendap dan
dilampiaskan dengan pemberontakan terhadap kaum laki-laki untuk membuktikan
kepada dunia bahwa perempuan bisa sama derajatnya dengan laki-laki. Kebencian
yang mengendap juga menjadikan kaum perempuan melupakan fungsi laki-laki, yang
harusnya perempuan dan laki-laki harus sama-sama saling menjaga dan bekerjasama
untuk menjalani kehidupan di dunia.
Jika ditarik pada realitas sekarang
ini, Naskah perempuan obrak-abrik sangat relefan dengan wajah perempuan
sekarang ini. Jika kita lihat dari literasi sejarah Setelah era R.A Kartini yang memproklamirkan
emansipasi wanita, perempuan menjadi hampir sederajat dengan laki-laki dari
waktu ke waktu. Pada akhirnya Perempuan pada masa sekarang ini sangat
mendewakan kata “emansipasi wanita”. Dahulu Perempuan kerap dianggap sebagai
kaum yang lemah secara fisik maupun mental, sehingga sering tidak mendapatkan
kepercayaan untuk memimpin. Namun, pada era globalisasi ini, peran perempuan
sangat mendominasi di setiap bidang. Kita sudah tidak asing lagi melihat
perempuan yang memimpin seperti contoh yang umum, Ibu Megawati Soekarno Putri
yang menjadi Presiden ke-5 Republik Indonesia.
Hal-hal
tersebut merupakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki dan dunia, namun tanpa
disadari, sebenarnya perempuan terjebak pada emansipasi yang mereka buat
sendiri. Ketika perempuan menjadi sangat mendominasi, maka peran laki-laki
menjadi tergeser dan kehilangan fungsinya. Contoh sederhananya seperti ibu
rumah tangga yang bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga sementara
laki-laki mengurusi rumah dan anak-anak. Perempuan masih gagap mengartikan kata
emansipasi wanita, sehingga banyak hal-hal yang malah menjadi tanda tanya besar
untuk diri mereka sendiri.
Ini
yang coba disampaikan Rian Harahap dalam naskah Perempuan Obrak-Abrik.
Perempuan ada pada posisi yang serba salah jika tanpa pemikiran dan
pertimbangan yang bijak.
Nb:
Tulisan
ini saya buat sebagai tafsir pikiran pertama sebelum pementasan Monolog
“Perempuan Ngobrak Abrik” yang disutradarai oleh Dediesputra Siregar. Tulisan
ini merupakan salah satu bentuk studi Teater yang dilakukan bersama Komunitas
Matahari Hujan.
