Label

Jumat, 15 Juli 2016

sedikit tafsir tentang naskah Perempuan Obrak Abrik

Perempuan Obrak-Abrik
Rian Harahap

Tafsir oleh Nurul Hikmah
            Naskah perempuan obrak-abrik sedikit banyak menggambarkan tentang kegelisahan perempuan. Kaum perempuan yang merasa terbatasi oleh norma serta pandangan umum yang menempatkan perempuan pada posisi nomor dua setelah kaum laki-laki. Banyak kalangan yang mendiskreditkan perempuan. Naskah karya Rian Harahap ini mencoba mengangkat sebuah realita sosial dari sudut pandang perempuan yang merasa dunia menganggap bahwa perempuan adalah kaum yang lemah, tidak memiliki kebebasan yang hakiki, menjadi “alat” kesenangan bagi kaum laki-laki, Perempuan ditindas secara fisik maupun psikis. Sehingga, umpan baliknya adalah kebencian yang mengendap dan dilampiaskan dengan pemberontakan terhadap kaum laki-laki untuk membuktikan kepada dunia bahwa perempuan bisa sama derajatnya dengan laki-laki. Kebencian yang mengendap juga menjadikan kaum perempuan melupakan fungsi laki-laki, yang harusnya perempuan dan laki-laki harus sama-sama saling menjaga dan bekerjasama untuk menjalani kehidupan di dunia.
            Jika ditarik pada realitas sekarang ini, Naskah perempuan obrak-abrik sangat relefan dengan wajah perempuan sekarang ini. Jika kita lihat dari literasi sejarah  Setelah era R.A Kartini yang memproklamirkan emansipasi wanita, perempuan menjadi hampir sederajat dengan laki-laki dari waktu ke waktu. Pada akhirnya Perempuan pada masa sekarang ini sangat mendewakan kata “emansipasi wanita”. Dahulu Perempuan kerap dianggap sebagai kaum yang lemah secara fisik maupun mental, sehingga sering tidak mendapatkan kepercayaan untuk memimpin. Namun, pada era globalisasi ini, peran perempuan sangat mendominasi di setiap bidang. Kita sudah tidak asing lagi melihat perempuan yang memimpin seperti contoh yang umum, Ibu Megawati Soekarno Putri yang menjadi Presiden ke-5 Republik Indonesia.
Hal-hal tersebut merupakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki dan dunia, namun tanpa disadari, sebenarnya perempuan terjebak pada emansipasi yang mereka buat sendiri. Ketika perempuan menjadi sangat mendominasi, maka peran laki-laki menjadi tergeser dan kehilangan fungsinya. Contoh sederhananya seperti ibu rumah tangga yang bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga sementara laki-laki mengurusi rumah dan anak-anak. Perempuan masih gagap mengartikan kata emansipasi wanita, sehingga banyak hal-hal yang malah menjadi tanda tanya besar untuk diri mereka sendiri.
Ini yang coba disampaikan Rian Harahap dalam naskah Perempuan Obrak-Abrik. Perempuan ada pada posisi yang serba salah jika tanpa pemikiran dan pertimbangan yang bijak.  


Nb:

Tulisan ini saya buat sebagai tafsir pikiran pertama sebelum pementasan Monolog “Perempuan Ngobrak Abrik” yang disutradarai oleh Dediesputra Siregar. Tulisan ini merupakan salah satu bentuk studi Teater yang dilakukan bersama Komunitas Matahari Hujan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar