Ada seorang petualang dalam dirimu yang sedang terperangkap dan tersesat. Ada seorang penjelajah yang kau sulap dan kau paksa menjadi juru masak untuk melayani laparmu. mereka mati sia-sia tepat di batas antara ketakutanmu dan kemungkinan.
kita hidup pada ruang-ruang penuh kabel, energi yang menjadi populer tiap harinya dan eksistensi sebagai hal wajib. kenyataan menjadi digital dan digital adalah kenyataan. Digital dan kau adalah saudara kembar yang dilahirkan tidak identik.
Kau tau bahwa aku tau kau sedang gusar. Aku tau, namun belum paham. Pemahamanku mentok dan tersandung lakumu yang dingin sedingin digital.
semua orang ingin dikenal tapi tak suka bertemu. Hidup jadi semakin cepat secepat kau mengunggah cerita hidupmu yang sebenarnya tidak menarik. Aku adalah penonton setiamu. Cukup setia untuk sesuatu yang tidak menarik.
Caramu sering curang, kau mengambil sepotong gambar dari hidupmu yang biasa saja kemudian mantra dan kata merubah orang-orang jadi hilang kesadarannya. Contohnya seperti pada kesadaranku. Kesadaran entah sembunyi dimana. Aku sudah tidak bisa melihat kesadaran orang-orang kecuali pada tulisan para Penyair yang masih peduli isi kepala orang lain.
Mari, ku ajak kau ke meja kerjaku! Kau harus lihat daftar nama orang-orang yang berpura-pura di hari ini dan hari-hari sebelumnya. Sekalian juga, aku mau menitipkan potongan-potongan pikiran tentang mereka yang aku jumpai di sore tadi.
Aku melihat ada yang punya kegelisahan tentang waktu, namun yang aku pikirkan adalah jam pasir dan usiamu. Semua orang akan gelisah pada waktu, kecuali aku saat kau ada.
Ada yang gelisah dengan duka dan kehilangan. Manusia tidak diprogram untuk tertawa kan? jadi wajar saja. Semua orang punya rahasia di balik air mata, yang menjadi beda adalah caramu menyembunyikannya.
Aku juga melihat seorang anak kebingungan memilih sesuatu. ada dua eskrim di tangan kanan dan kirinya. Dia bingung mau memakan es yang mana. Kesukaannya dia belum tau. Sedangkan, anak lain tidak peduli. Aku bisikan "makan dua duanya". Kau harus lihat, anak itu masih kebingungan hingga es nya cair dan dia tidak memakan apa-apa.
Di catatan ku tadi sore, ku jumpai diksi aneh. Aku curiga itu bukan tulisanku. Baunya seperti kenangan yang dicelukan ke tinta amis hasil dari kepanikan cumi-cumi. Tapi aku masih tidak begitu peduli selama dicatatanku masih ada kau dan sedikit potongan-potongan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar