Label

Kamis, 25 Februari 2016

Untuk yang selalu bertanya





kau sering kali bertanya padaku, "mengapa kau mencintaiku?". keluh lidahku tak mampu menjawab.
sebab jika ku katakan padamu bahwa aku tidak tau mengapa aku mencintaimu, pasti kau akan mengira aku tak serius menanam perasaan. 
sungguh aku tak tau pasti mengapa aku mencintaimu.
Aku mencintaimu seperti aku mencintai Hujan, Seperti aku mencintai Cahaya, Seperti Aku mencintai malam. 
Aku tak mengerti sebab yang pasti mengapa aku mencintai, yang jelas saat berada dalam hujan aku merasa bahagia. saat melihat cahaya indah berpendar, aku bahagia. dan ketika malam datang menawarkan kesunyian, aku bahagia.
Bohong, jika ku katakan aku selalu bahagia dengan Hujan, Cahaya, atau Malam. Hujan kadang membuatku kecewa karena terlalu banyak membawa air, merendam rumahku yang kecil. Cahaya juga kadang membuatku sedih saat sedang asik-asiknya ku nikmati tiba-tiba cahaya meredup, cahaya Senja contohnya. Kriminal sekali senja itu, membuatku patah hati berkali-kali padahal aku sedang sangat menikmatinya, lalu ia meredup dan hilang. Untung saja berganti malam, hal lain yang aku cintai. Aku juga tak selalu bahagia dengan malam, kadang malam membuatku sangat nelangsa. memutar semua memori pahit dalam sunyi yang tak bertuan.
semua hal yang aku cintai tak selamanya membawaku pada kebahagiaan pun kesedihan. 

sama seperti kamu. aku tak tau mengapa aku mencintaimu. yang jelas aku bahagia saat berada dekatmu. Tapi kamu tidak selalu membuatku bahagia. sama seperti Hujan, kau pernah mengecewakan. Sama seperti Cahaya senja, kau pernah membuatku patah hati berkali-kali. Dan sama seperti malam, kau pernah membuatku nelangsa setengah mati. 

Dari semua hal-hal itu, apakah kau masih bertanya mengapa aku mencintaimu?
kau adalah hal yang aku tunggu meski sekeras apapun perih dan luka yang harus ku kecap. 
kau adalah alasan aku berjalan diatas perih menunggu kebahagiaan
dan berjalan sabar diatas kebahagiaan agar tak memulai kenelangsaan.
kau membuatku berjuang.

Dan alasan aku mencintaimu adalah karena aku harus mencintaimu. Sudahlah, jangan tanya aku. Tanya Tuhan saja sana. Mengapa titipkan perasaan ini padaku untukmu. 

Aku mencintaimu sebab banyak sebab yang tak bisa disebabkan oleh aku sendiri.
Ku pikir cinta adalah kata kerja bukan kata sifat. jadi tak perlu ada alasan, bukan?


~untuk siapapun yang tak bisa merumuskan perasaan~

Selasa, 23 Februari 2016

Malam



"aku menatap bintang kemudian mengutuk pagi" 

adalah aku yang terjaga kala langit hitam berparas cahaya benda-benda langit.
ku cintai malam sebab selalu memberi ruang sunyi bagi pecandu rindu. 
aku mulai mencintai sunyi. 
aku  mulai mencumbui rindu. 
aku mulai menikmati kesedihan.
malam adalah kuil bagi jiwa-jiwa yang lelah
mengambil jalan kesedihan untuk lebih dekat menuju Tuhan
Aku mencintai malam, sehingga tak ingin aku lewatkan
berada diantara waktu bermimpi dan merencanakan kenyataan esok pagi
hanya malam yang mengerti
betapa banyak kata yang tak sempat aku utarakan
hanya malam yang mengerti
betapa aku menjadi diri sendiri
sebab malam membuatku sangat sendirian
dengan seluruh Aku
Aku mencumbui malam dengan doa-doa 
menuju Tuhan dalam sunyi dan kehampaan
membawa Aku menjadi Aku.
Malam, aku mencintaimu.
Jangan berlalu.

Pertemuan



Kau adalah kesempatan yang disematkan pada benang-benang takdir hidupku.
Aku tak pernah baik-baik saja semenjak kau datang
Pada pertemuan 
kali pertama kau berada dalam bola mataku

Kau,
mengusik ruang sunyi jiwa
Merampas apa-apa yang tersisa dari hatiku
mengetuk-ngetuk pintu jiwa yang ku kunci
Hatiku masih sangat dingin sebab terluka kenangan
Tapi kau dengan tidak sopannya membawakan api
Mencairkan kebekuan
mengalirkan sisa-sisa luka
Menuju ketiadaan

Aku tak pernah baik-baik saja semenjak kau datang
Aku ketakutan setengah mati
Siapa kau, berani-beraninya mengganggu
Mengusik kerajaan sunyi
Merampas sisa-sisa perasaan yang ku jaga habis-habisan
kau begitu mudah menyelinap
merobohkan benteng perasaan
Membuatku terjaga kala malam dan setengah gila kala fajar menjelang

Aku tak ingin merumuskan apa-apa yang ku rasa
Sebab takut kau hanya mampir
Mungkin hanya sekedarnya lewat lalu pergi
Atau mungkin kau hanya sedang lari dan bersembunyi dalam hatiku
Apapun itu, yang jelas...
Aku tak pernah baik-baik saja semenjak kau datang
Kau membawa banyak hal yang aku ingin
Dan jika kau bersedia,

Aku harap kau tak hanya sekedar.




Senin, 15 Februari 2016

Hidup adalah Sikap

Apakah kalian pernah mengambil keputusan dalam hidup?

Pasti jawabannya, pernah. Setiap orang pasti pernah mengambil keputusan dalam hidup. Hal tersbebut merupakan proses alamiah dari kehidupan yang sadar atau tidak telah dan akan kita jalani sepanjang hayat. Saya tidak akan membahas tentang sifat manusia secara holistik. Ini hanyalah pemaparan berdasarkan sedikit teori dan olah pikir saya.
“Memilih”  dengan pertimbangan yang matang atau tidak sekalipun adalah kebutuhan hidup yang terjadi sejak saat kita telah diberi akal dan nafsu. Contohnya waktu kita kecil, sekitar umur 1-2 tahun (baca: masa sensorimotor) kita sudah mulai memilih kenyamanan untuk diri sendiri, seperti mau digendong siapa, mau kemana, atau tertarik dengan hal yang mana. Masa  sensorimotor yang menurut Piaget adalah masa dimana kemampuan anak hanya pada gerakan refleks, mulai mengembangkan kebiasaaan-kebiasaan awal, memproduksi berbagai kejadian yang menurutnya menarik, mulai menggunakan bebrbagai hal aau peralatan guna mencapai tujuannya, melakukan berbagai eksperimen dan anak sudah mulai menemukan berbagai cara baru.


Dari teori tersebut kita bisa sedikit menangkap hal yang implisit bahwa sedari kecil kita sudah mampu memilih sesuatu berdasarkan nafsu dan kebutuhan. Beranjak dewasa, kita menjadi sangat sering memilih hal-hal seuai dengan kebutuhan maupun keinginan kita. Pilihan yang tersedia dalam hidup juga semakin kompleks. Semakin banyak pilihan maka semakin sulit untuk memilih. Semakin banyak pilihan maka semakin banyak yang dipertimbangkan. karena pikiran manusia secara normal terus berkembang dari masa ke masa. Naluri dan hasrat manusia juga menjadi semakin menempati ruang kendali perilaku yang cukup berpengaruh terhadap pilihan-pilihan hidup.

Pilihan-pilihan melahirkan sebab akibatnya sendiri, kemudian kita mengenal kata "resiko", "tanggung jawab" dan "penyesalan". Tiga kata yang lekat dengan pilihan. setiap pilihan membutuhkan pertanggungjawban. Sebelum  seseorang memilih sesuatu, jika melewati pertimbangan dengan sadar, maka seseorang tersebut sedang membaca resiko dan atau keuntungan. hal ini merupakan sesuatu yang baik, karena ada proses berpikir dan analisa sebelum memilih. Namun, terkadang kita lupa dengan alasan yang mendasari pilihan kita. sehingga tidak sedikit orang yang terjebak pada "penyesalan". Terlebih lagi jika pilihan hanya didasari oleh nafsu dan egosentri, kemungkinan rasa "penyesalan" akan lebih besar.

Tapi kebanyakan orang akan lebih menyesal ketika belum melakukan pilihannya ketimbang telah melakukan pilihannya. Naluri keingin tahuan kita yang besar mendorong kita untuk mencoba sesuatu. Memilih untuk tidak memilih pilihan juga merupakan suatu pilihan, bukan?

Jika hanya sebatas memilih, sedari kecil pun kita sudah diberi hasrat untuk memilih, kan?

Pilihan hanyalah sebatas pilihan. yang harus diperhatikan bukan tentang pilihan dalam hidup tetapi bagaimana "sikap" kita dalam memilih pilihan-pilihan hidup. Sikap setelah kita memilih dan menjalani pilihan hidup yang telah dipilih -sadar atau tidak- dengan bijaksana. Ini tentang bagaimana kita bersikap pada hidup atas seluruh pilihan untuk proses hidup. Jangan lupa juga, bahwa hidup dan pilihan kita tidak terlepas dari kuasa Yang Maha Kuasa. kita digerakan oleh Sang Pencipta, diberi kesempatan untuk memilih supaya berpikir dan bertanggungjawab atas hidup. 

Jadi, menurut hemat saya, hidup adalah sikap. Kita harus mengambil sikap pada proses hidup sejak mulai mampu berpikir. Dan pada akhirnya penyesalan juga merupakan suatu sikap. Sikap dimana peran "penyesalan" akan menjadi kontemplasi diri atau menjadi momok untuk kehidupan.

Semoga kita senantiasa bijak dalam menyikapi hidup. 

Barakallah :)

-nhnuy


*teori piaget (sumber: bidanku.com)

Jumat, 12 Februari 2016

Setiap Luka adalah Pelajaran Hidup

malam ini tangisku tumpah lagi selagi menenggak rindu.
aku melihat beberapa chatmu di twitter dengannya yang kau sebut "ibu negara". aku menjadi begitu terluka entah mengapa. mungkin aku cemburu atau iri lebih tepatnya. aku tak suka hatiku menjadi sehitam itu. tapi memang sakit rasanya melihatmu bersama yang lain.
aku jadi teringat dulu, saat bersamaku dan kau ternyata lebih memilihnya. kau pernah katakan juga bahwa aku hanyalah pelarianmu. fotoku tak pernah kau upload ke sosial media milikmu. waktu itu komen dan status ku juga jarang kau balas semesra kau membalas komen atau statusnya sekarang. aku merasa tak pernah kau anggap.

tapi lagi-lagi aku bertanya pada diriku, mengapa masih saja aku cintai kamu sebesar ini?
mengapa aku menangis cemburu barusan itu?
apakah mentalku yang tak kuat atau memang aku egois?
aku sudah tau pasti kalian begitu karena "pacaran"

aku sudah putuskan untuk menunggumu kan?
kamu laki-laki yang pantas aku tunggu
aku cinta kamu.

mengapa rasa cemburu itu membuatku berpikir
untuk apa aku menunggu laki-laki yang tak pernah mempedulikan aku?
untuk apa aku mencintai laki-laki yang tak pernah menganggap apalagi mecintaiku?

pertanyaan itu deras keluar dari otakku.
aku jadi lupa bagaimana aku yang kemarin memotivasi diri sendiri.
mengambil keputusan untuk bertahan menunggu juga banyak pertimbangan yang aku pikirkan, bukan?

cemburu membuatku lupa hal-hal itu
mungkin aku memang tipe orang yang cepat menyimpulkan saat sedang terluka, gelap mata kasarnya.
aku masih sangat egois ternyata. aku masih sangat kekanakan juga ternyata.
aku harus pahami diri sendiri. mengenal aku sebagai pribadi yang utuh.
aku menunggumu karena kamu pantas ditunggu, mencintaimu karena kamu pantas dicinta.
entah sebabnya apa, tapi jauh sebelum ini aku sudah sangat rinci memikirkannya hingga mengambil keputusan-keputusan tersebut.
nelangsa, luka, iri, galau, terluka hanyalah bagian kecil dari proses membangun kepribadian.
menunggumu juga sembari beproses lebih baik.
mulai sekarang aku akan belajar mengontrol ego dan kesedihan sembari menunggumu yang tak kunjung datang.
entahlah mungkin kau muak denganku hingga takan datang.

kita lihat, siapa yang menyerah. aku atau kamu.
aku cinta kamu, kamu cinta dia, dia cinta kamu.
aku takan mengganggumu.
hanya menunggu.
berharap
berdoa
entah sampai kapan
mungkin sampai mati rasa
semoga tak hilang diri
semoga tak hilang akal

karena harusnya proses menunggumu adalah tempat penempaan terbaik untuk menjadi pedang yang tajam bukan jadi pedang gagal.

Terimakasih telah menggores luka, sehingga memberi pelajaran hidup dari tiap rasa sakit.

Hasil gambar untuk orang ketiga dalam cinta

Kamis, 11 Februari 2016

Menulislah.

Menulislah !!
Aku akan menjadi pembaca setiamu, kata perkata.
Menulislah !!
Dengan  begitu aku bisa memahamimu tanpa menyapa.
Cara mana lagi yang paling rahasia selain membaca semua tulisanmu kata perkata, makna permakna?
Dengan membaca tulisanmu, aku sedikit banyak bisa mengenali cara berpikirmu.
Dengan membaca tulisanmu, aku juga sekaligus sedang membacamu.
Menulislah !!
Meski kata perkata yang kau tulis kadang bisa menyayat dan melukai hatiku
Tak apa selama aku masih dalam diamku
Tak berteriak memaki atau memuji
Aku hanya akan diam membaca
Menyelamimu
Dari kata perkata
Memahami isi kepalamu yang luar biasa
Memahami hatimu yang seluas samudra
Menulislah !!
Meski setelahnya kau campakkan kata perkata
Aku akan terus membaca apapun yang kau tulis
Tentang dunia atau apapun yang kau pikir
Menulislah !!
Dengan begitu aku merasa dekat denganmu
Dan kelak jika kita berjumpa, kau akan seperti orang yang sudah lama ku kenal
Kau akan sangat terkejut nantinya
Menulislah !!

Kau takkan selesai ku baca. 

Selasa, 09 Februari 2016

Terpenjara Kebodohan

Aku bingung harus apa. Setiap orang pasti pernah ada di titik jenuh atas segala hal. Aku bingung mau apa. Seluruh laku ku tak sejalan dengan prinsip yang aku gadangkan. Aku benar-benar bingung harus berbuat apa. Sementara mimpi di depan mata membelalak memakasaku berbuat susuatu. Tujuan besar yang kata orang sangat sukar dicapai, entahlah. Aku bingung harus apa, harus mulai darimana.

Kamu tau? menurutku semesta seperti memiliki semiotikanya sendiri, Memberitahumu kapan harusnya "Berhenti". Aku keletihan membaca nafas takdir, entah apa yang harus aku lakukan sekarang. Semua tak aku hiraukan, aku asik dengan duniaku sendiri. Melakukan apa-apa yang aku mau dan melalaikan apa-apa yang menjadi tanggungjawabku. Apa yang buatku begitu? ah entahlah, lagi-lagi aku tidak tau.

Aku lakukan apa yang aku mau, Tapi ketika sesak aku terhimpit waktu sebab aku tak lakukan apa yang aku butuh, aku pasti langsung menyesal setengah mati. aku malas, aku bodoh menunda-nunda. Parah sekali aku. pasti begitu kata yang aku utarakan setelahnya aku lakukan kebodohan itu. dan yang lebih bodoh, aku sudah tau bahwa seperti itu adalah bodoh tapi masih saja aku lakukan.

Ah. entahlah aku tak tau apa yang harus lakukan, apa yang harus aku perbaiki dari diri ku. aku selalu membenarkan apa-apa yang salah dengan logikaku. menganggap semua yang ku lakukan benar dan lumrah.

Tentang prinsip yang tak sejalan dengan laku, tentang aku yang tak bisa membagi waktu, tentang kemalasan langsung bergerak dan bertindak sesuai tujuan besar yang mendaku. ah, tapi tiap malam ku merenungi ini, ku temukan semangat lagi untuk esok hari, kemudian pagi sekali aku bangun dan semuanya terlupakan begitu saja. aku mulai pola yang dulu lagi, aku masih saja salah lagi. aku ingin berubah tapi tak mengerti.

aku bingung harus apa. aku bingung harus mulai darimana. dan apa ini? aku berada di sebelah mana kini? antara ingin berubah tapi hanya teori.