Apakah kalian pernah mengambil
keputusan dalam hidup?
Pasti jawabannya, pernah. Setiap orang
pasti pernah mengambil keputusan dalam hidup. Hal tersbebut merupakan proses
alamiah dari kehidupan yang sadar atau tidak telah dan akan kita jalani
sepanjang hayat. Saya tidak akan membahas tentang sifat manusia secara holistik.
Ini hanyalah pemaparan berdasarkan sedikit teori dan olah pikir saya.
“Memilih” dengan pertimbangan yang matang atau tidak
sekalipun adalah kebutuhan hidup yang terjadi sejak saat kita telah diberi akal
dan nafsu. Contohnya waktu kita kecil, sekitar umur 1-2 tahun (baca: masa
sensorimotor) kita sudah mulai memilih kenyamanan untuk diri sendiri, seperti
mau digendong siapa, mau kemana, atau tertarik dengan hal yang mana. Masa sensorimotor yang menurut Piaget adalah masa
dimana kemampuan anak hanya pada gerakan refleks, mulai mengembangkan
kebiasaaan-kebiasaan awal, memproduksi berbagai kejadian yang menurutnya
menarik, mulai menggunakan bebrbagai hal aau peralatan guna mencapai tujuannya,
melakukan berbagai eksperimen dan anak sudah mulai menemukan berbagai cara
baru.
Dari teori tersebut kita bisa sedikit
menangkap hal yang implisit bahwa sedari kecil kita sudah mampu memilih sesuatu
berdasarkan nafsu dan kebutuhan. Beranjak dewasa, kita menjadi sangat sering
memilih hal-hal seuai dengan kebutuhan maupun keinginan kita. Pilihan yang
tersedia dalam hidup juga semakin kompleks. Semakin banyak pilihan maka semakin sulit untuk memilih. Semakin banyak pilihan maka semakin banyak yang dipertimbangkan. karena pikiran manusia secara normal terus berkembang dari masa ke masa. Naluri dan hasrat manusia juga menjadi semakin menempati ruang kendali perilaku yang cukup berpengaruh terhadap pilihan-pilihan hidup.
Pilihan-pilihan melahirkan sebab akibatnya sendiri, kemudian kita mengenal kata "resiko", "tanggung jawab" dan "penyesalan". Tiga kata yang lekat dengan pilihan. setiap pilihan membutuhkan pertanggungjawban. Sebelum seseorang memilih sesuatu, jika melewati pertimbangan dengan sadar, maka seseorang tersebut sedang membaca resiko dan atau keuntungan. hal ini merupakan sesuatu yang baik, karena ada proses berpikir dan analisa sebelum memilih. Namun, terkadang kita lupa dengan alasan yang mendasari pilihan kita. sehingga tidak sedikit orang yang terjebak pada "penyesalan". Terlebih lagi jika pilihan hanya didasari oleh nafsu dan egosentri, kemungkinan rasa "penyesalan" akan lebih besar.
Tapi kebanyakan orang akan lebih menyesal ketika belum melakukan pilihannya ketimbang telah melakukan pilihannya. Naluri keingin tahuan kita yang besar mendorong kita untuk mencoba sesuatu. Memilih untuk tidak memilih pilihan juga merupakan suatu pilihan, bukan?
Jika hanya sebatas memilih, sedari kecil pun kita sudah diberi hasrat untuk memilih, kan?
Pilihan hanyalah sebatas pilihan. yang harus diperhatikan bukan tentang pilihan dalam hidup tetapi bagaimana "sikap" kita dalam memilih pilihan-pilihan hidup. Sikap setelah kita memilih dan menjalani pilihan hidup yang telah dipilih -sadar atau tidak- dengan bijaksana. Ini tentang bagaimana kita bersikap pada hidup atas seluruh pilihan untuk proses hidup. Jangan lupa juga, bahwa hidup dan pilihan kita tidak terlepas dari kuasa Yang Maha Kuasa. kita digerakan oleh Sang Pencipta, diberi kesempatan untuk memilih supaya berpikir dan bertanggungjawab atas hidup.
Jadi, menurut hemat saya, hidup adalah sikap. Kita harus mengambil sikap pada proses hidup sejak mulai mampu berpikir. Dan pada akhirnya penyesalan juga merupakan suatu sikap. Sikap dimana peran "penyesalan" akan menjadi kontemplasi diri atau menjadi momok untuk kehidupan.
Semoga kita senantiasa bijak dalam menyikapi hidup.
Barakallah :)
-nhnuy

*teori piaget (sumber: bidanku.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar