Label

Jumat, 12 Februari 2016

Setiap Luka adalah Pelajaran Hidup

malam ini tangisku tumpah lagi selagi menenggak rindu.
aku melihat beberapa chatmu di twitter dengannya yang kau sebut "ibu negara". aku menjadi begitu terluka entah mengapa. mungkin aku cemburu atau iri lebih tepatnya. aku tak suka hatiku menjadi sehitam itu. tapi memang sakit rasanya melihatmu bersama yang lain.
aku jadi teringat dulu, saat bersamaku dan kau ternyata lebih memilihnya. kau pernah katakan juga bahwa aku hanyalah pelarianmu. fotoku tak pernah kau upload ke sosial media milikmu. waktu itu komen dan status ku juga jarang kau balas semesra kau membalas komen atau statusnya sekarang. aku merasa tak pernah kau anggap.

tapi lagi-lagi aku bertanya pada diriku, mengapa masih saja aku cintai kamu sebesar ini?
mengapa aku menangis cemburu barusan itu?
apakah mentalku yang tak kuat atau memang aku egois?
aku sudah tau pasti kalian begitu karena "pacaran"

aku sudah putuskan untuk menunggumu kan?
kamu laki-laki yang pantas aku tunggu
aku cinta kamu.

mengapa rasa cemburu itu membuatku berpikir
untuk apa aku menunggu laki-laki yang tak pernah mempedulikan aku?
untuk apa aku mencintai laki-laki yang tak pernah menganggap apalagi mecintaiku?

pertanyaan itu deras keluar dari otakku.
aku jadi lupa bagaimana aku yang kemarin memotivasi diri sendiri.
mengambil keputusan untuk bertahan menunggu juga banyak pertimbangan yang aku pikirkan, bukan?

cemburu membuatku lupa hal-hal itu
mungkin aku memang tipe orang yang cepat menyimpulkan saat sedang terluka, gelap mata kasarnya.
aku masih sangat egois ternyata. aku masih sangat kekanakan juga ternyata.
aku harus pahami diri sendiri. mengenal aku sebagai pribadi yang utuh.
aku menunggumu karena kamu pantas ditunggu, mencintaimu karena kamu pantas dicinta.
entah sebabnya apa, tapi jauh sebelum ini aku sudah sangat rinci memikirkannya hingga mengambil keputusan-keputusan tersebut.
nelangsa, luka, iri, galau, terluka hanyalah bagian kecil dari proses membangun kepribadian.
menunggumu juga sembari beproses lebih baik.
mulai sekarang aku akan belajar mengontrol ego dan kesedihan sembari menunggumu yang tak kunjung datang.
entahlah mungkin kau muak denganku hingga takan datang.

kita lihat, siapa yang menyerah. aku atau kamu.
aku cinta kamu, kamu cinta dia, dia cinta kamu.
aku takan mengganggumu.
hanya menunggu.
berharap
berdoa
entah sampai kapan
mungkin sampai mati rasa
semoga tak hilang diri
semoga tak hilang akal

karena harusnya proses menunggumu adalah tempat penempaan terbaik untuk menjadi pedang yang tajam bukan jadi pedang gagal.

Terimakasih telah menggores luka, sehingga memberi pelajaran hidup dari tiap rasa sakit.

Hasil gambar untuk orang ketiga dalam cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar