Aku pernah melihat orang merapikan kenangan-kenangan yang berserak, dimasukan kedalam kotak penyesalan dan dihanyutkan pada sungai-sungai waktu yang entah muaranya dimana.
Aku juga pernah melihat orang membiarkan kenangan berserakan di ruang-ruang kalbu. Jika kau tanya mengapa tak dirapikan, kau hanya akan mendapatkan jawaban klise bahwa sudah terlampau kacau dan menyentuh kenangan menjadi sangat malas. Apalagi merapikan nya.
Ada juga, orang yang meramu kenangannya. Membakar tanda-tanda hitam dan menelan bekas bekas kebahagiaannya saja. Agar yang membekas hanya yang putih. Ku rasa, itu tidak adil. Entahlah.
Tapi kali ini aku memperhatikan caramu memperlakukan kenangan. Ku lihat kau merapikan kenangan dengan hati-hati dan kau urutkan berdasarkan rasa-rasa mu. Kau letakan kenangan yang kau rapihkan di atas meja kerjamu. Terkadang kau buka lagi kenangan itu, kau baca dan kau pelajari betul tiap-tiap tanda hitam yang menodai kenangan mu. Aku bingung setengah mati. Mengapa kau sehati-hati itu. Bukankah semua hal yang terlewati harusnya sudah selesai?
Apa membaca kenangan tidak melukai masa depan?
Aku mulai meniru caramu memperlakukan kenangan, tapi aku tak benar-benar mampu. Begitu banyak yang kau ciptakan. Ruang kalbuku penuh dan sempit.
Aku tidak tau cara memperlakukan kenangan.
Kau tak pernah selesai mengajariku caranya.
Dan aku harus bagaimana?
Aku tak percaya cara orang-orang.
Lalu harus apa aku?
- nhnuy -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar