Label

Sabtu, 17 Desember 2016

Melihat kita.

           
Gambar terkait


  Ada seorang petualang dalam dirimu yang sedang terperangkap dan tersesat. Ada seorang penjelajah yang kau sulap dan kau paksa menjadi juru masak untuk melayani laparmu. mereka mati sia-sia tepat di batas antara ketakutanmu dan kemungkinan.
kita hidup pada ruang-ruang penuh kabel, energi yang menjadi populer tiap harinya dan eksistensi sebagai hal wajib. kenyataan menjadi digital dan digital adalah kenyataan. Digital dan kau adalah saudara kembar yang dilahirkan tidak identik. 
           Kau tau bahwa aku tau kau sedang gusar. Aku tau, namun belum paham. Pemahamanku mentok dan tersandung lakumu yang dingin sedingin digital.
semua orang ingin dikenal tapi tak suka bertemu. Hidup jadi semakin cepat secepat kau mengunggah cerita hidupmu yang sebenarnya tidak menarik. Aku adalah penonton setiamu. Cukup setia untuk sesuatu yang tidak menarik. 
          Caramu sering curang, kau mengambil sepotong gambar dari hidupmu yang biasa saja kemudian mantra dan kata merubah orang-orang jadi hilang kesadarannya. Contohnya seperti pada kesadaranku. Kesadaran entah sembunyi dimana. Aku sudah tidak bisa melihat kesadaran orang-orang kecuali pada tulisan para Penyair yang masih peduli isi kepala orang lain.
          Mari, ku ajak kau ke meja kerjaku! Kau harus lihat daftar nama orang-orang yang berpura-pura di hari ini dan hari-hari sebelumnya. Sekalian juga, aku mau menitipkan potongan-potongan pikiran tentang mereka yang aku jumpai di sore tadi. 
          Aku melihat ada yang punya kegelisahan tentang waktu, namun yang aku pikirkan adalah jam pasir dan usiamu. Semua orang akan gelisah pada waktu, kecuali aku saat kau ada.
          Ada yang gelisah dengan duka dan kehilangan. Manusia tidak diprogram untuk tertawa kan? jadi wajar saja. Semua orang punya rahasia di balik air mata, yang menjadi beda adalah caramu menyembunyikannya.
          Aku juga melihat seorang anak kebingungan memilih sesuatu. ada dua eskrim di tangan kanan dan kirinya. Dia bingung mau memakan es yang mana. Kesukaannya dia belum tau. Sedangkan, anak lain tidak peduli. Aku bisikan "makan dua duanya". Kau harus lihat, anak itu masih kebingungan hingga es nya cair dan dia tidak memakan apa-apa.
          Di catatan ku tadi sore, ku jumpai diksi aneh. Aku curiga itu bukan tulisanku. Baunya seperti kenangan yang dicelukan ke tinta amis hasil dari kepanikan cumi-cumi. Tapi aku masih tidak begitu peduli selama dicatatanku masih ada kau dan sedikit potongan-potongan kita. 




Jumat, 15 Juli 2016

sedikit tafsir tentang naskah Perempuan Obrak Abrik

Perempuan Obrak-Abrik
Rian Harahap

Tafsir oleh Nurul Hikmah
            Naskah perempuan obrak-abrik sedikit banyak menggambarkan tentang kegelisahan perempuan. Kaum perempuan yang merasa terbatasi oleh norma serta pandangan umum yang menempatkan perempuan pada posisi nomor dua setelah kaum laki-laki. Banyak kalangan yang mendiskreditkan perempuan. Naskah karya Rian Harahap ini mencoba mengangkat sebuah realita sosial dari sudut pandang perempuan yang merasa dunia menganggap bahwa perempuan adalah kaum yang lemah, tidak memiliki kebebasan yang hakiki, menjadi “alat” kesenangan bagi kaum laki-laki, Perempuan ditindas secara fisik maupun psikis. Sehingga, umpan baliknya adalah kebencian yang mengendap dan dilampiaskan dengan pemberontakan terhadap kaum laki-laki untuk membuktikan kepada dunia bahwa perempuan bisa sama derajatnya dengan laki-laki. Kebencian yang mengendap juga menjadikan kaum perempuan melupakan fungsi laki-laki, yang harusnya perempuan dan laki-laki harus sama-sama saling menjaga dan bekerjasama untuk menjalani kehidupan di dunia.
            Jika ditarik pada realitas sekarang ini, Naskah perempuan obrak-abrik sangat relefan dengan wajah perempuan sekarang ini. Jika kita lihat dari literasi sejarah  Setelah era R.A Kartini yang memproklamirkan emansipasi wanita, perempuan menjadi hampir sederajat dengan laki-laki dari waktu ke waktu. Pada akhirnya Perempuan pada masa sekarang ini sangat mendewakan kata “emansipasi wanita”. Dahulu Perempuan kerap dianggap sebagai kaum yang lemah secara fisik maupun mental, sehingga sering tidak mendapatkan kepercayaan untuk memimpin. Namun, pada era globalisasi ini, peran perempuan sangat mendominasi di setiap bidang. Kita sudah tidak asing lagi melihat perempuan yang memimpin seperti contoh yang umum, Ibu Megawati Soekarno Putri yang menjadi Presiden ke-5 Republik Indonesia.
Hal-hal tersebut merupakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki dan dunia, namun tanpa disadari, sebenarnya perempuan terjebak pada emansipasi yang mereka buat sendiri. Ketika perempuan menjadi sangat mendominasi, maka peran laki-laki menjadi tergeser dan kehilangan fungsinya. Contoh sederhananya seperti ibu rumah tangga yang bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga sementara laki-laki mengurusi rumah dan anak-anak. Perempuan masih gagap mengartikan kata emansipasi wanita, sehingga banyak hal-hal yang malah menjadi tanda tanya besar untuk diri mereka sendiri.
Ini yang coba disampaikan Rian Harahap dalam naskah Perempuan Obrak-Abrik. Perempuan ada pada posisi yang serba salah jika tanpa pemikiran dan pertimbangan yang bijak.  


Nb:

Tulisan ini saya buat sebagai tafsir pikiran pertama sebelum pementasan Monolog “Perempuan Ngobrak Abrik” yang disutradarai oleh Dediesputra Siregar. Tulisan ini merupakan salah satu bentuk studi Teater yang dilakukan bersama Komunitas Matahari Hujan.



Senin, 27 Juni 2016

Alam Jiwa




ranting-ranting rapuh pada akar yang kuat
menahan gugur daun yang kecoklatan mengering sengat mentari
pagi itu, tak kalah indah dengan senja
surya jingga telur mata sapi
dihamparan calon padi yang hijau

savana dihatiku mengering
kau yang terakhir menyiraminya, pergi
terbalut kerontang
sumur-sumur pikiran tanpa dasar

menahan merah pada lebam
hatiku terperanjat sinar matamu
merasuk bayang menusuk sukma
menghanyutkan jiwa pada ketiadaan

rabun menatap mega-mega
temaram wajahmu datang mengusik
hampir lagi aku jatuh pada kekosongan
savana menggurun

pohonan jiwa kerontang
telaga mengering
pijakan retak
dan kau terhempas angin lalu.

Sabtu, 07 Mei 2016

Cahaya Jingga Lampu Jalan






Hening jalan malam kala itu, Sedikit membalut luka -rasa yang beranjak pergi dari hatiku- sebab hening yang dalam terenyuh pada rongga dadaku yang sedang teduh, bernafas sebebas itu. Ku lihat cahaya yang hangat sekali, menerangi setiap perjalananku. Lampu jalan yang jingga berpendar.

Ya . . . lampu jalan. Apakah aku tak romantis jika bercerita tentang lampu jalan? haruskah melulu ku pasrahkan diksi dan aksaraku pada keindahan senja atau bintang malam?

Bagiku mungkin sama saja. Aku tak benar-benar memilah rasa. Anggap saja aku bodoh. Tapi benar, aku suka pada cahaya jingga lampu jalan. Sungguh !! Terlebih jika gerimis datang. Ah... kerjasama yang indah antara rintik dan cahaya jingga itu. Kala malam menjemput lelah pada yang lain. Aku belum ingin terlelap. Aku masih ingin di jalan bersama terang yang temaram itu, Berbagi oksigen dengan pepohonan, berbagi sunyi dengan keheningan malam.

Kau tau? lebih dari sekedar cahaya jingga lampu jalan, ada sesuatu yang syahdu terumuskan dalam rasa.
Cahaya jingga seperti memberi ruh pada apa saja yang dijatuhinya. Semua hal yang dilewati jingga menjadi begitu hidup dan punya cerita. Seakan tak henti membuatku menatap dan merasa. Aku tak sendirian meski ditinggal bulan yang cemburu. Bermandikan cahaya jingga, aku hangat dalam ingatan tentang masa kecil yang lalulalang membias dalam kepala. Juga ingatan tentangmu, tentang masa laluku yang lucu sesakit apapun itu. Aku tak merasa sendirian, sebab hangat menembus kedalam kalbu. Dalam cahaya jingga, ada banyak rahasia yang tersimpan. Cahaya yang tak begitu terang, menyembunyikan beberapa hal untuk disimpan. Cahaya jingga punya rahasianya sendiri, itu sebab ia tak begitu terang. Redup atau Temaram saja.

Bukan hanya sebatas itu, banyak lagi yang tak mampu aku surat kedalam aksara. Rasanya begitu penuh dalam dada. Jangan lupa berterimakasih pada malam yang membuat cahaya jingga menjadi seindah itu.

Tuhan adil sekali. DiciptakanNya Langit sore untuk membuat Senja yang Jingga. DiciptakanNya Manusia untuk membuat Lampu Jalan yang Jingga (juga). Indah.


bukan tentang apa-apa


perkara yang ini 
aku tak lagi paham
tentang diriku sendiri
mati dalam diam

diburu waktu
ditikam detik
dilukai menit 
dibunuh rasa

terpintal sudah tiap-tiap lara
dari aku yang bisu menerka
menebak semesta dengan rumusan
yang tak pernah jadi tembusan

perih 
bekas
lirih
keras
hati
mati
diri

aku tak pernah dikecewakan 
sebab aku yang mengecewakan
diri orang yang lain
atau diri ku yang lain

sepisau luka
seiris pedih
aku tak kuasa
selesai sudah lirih

sadarkan aku
siapapun kau
yang tak harus membisu
sebab ku tak mau kau begitu

ini bukan tentang siapa-siapa
juga bukan tentang apa-apa
hanya perkara aku 
yang tak bisa berlaku

hidup dalam kotak tenang
tapi ingin selalu menang
mana bisa ku di kenang
jika hanya ini yang ku karang

sempit rasa pikir
entah darimana pusing ini mampir
kelak aku kan hadir
dalam dunia baru yang semoga tak getir

sebelum itu sudahi kata
lebih guna aku berdamai pada lara
pada diri sendiri yang hina
supaya tak lagi membenci semesta.

Kamis, 31 Maret 2016

Tersesat Bersamamu

Selepas ini, aku memasuki musim baru semesta kecil dalam diriku. Musim Pelangi jika boleh kusebut.
Pada musim ini biasanya aku sukar membedakan bias anatara kebahagiaan dan tipu daya cahaya yang sering kusebut-sebut berada dalam labirin jiwaku yang begitu rumit.
Pada musim ini, aku sempat tersesat beberapa kali, sampai menemukan sebuah jalan yang warna-warni.
Mungkin, ini bukan jalan yang benar dan mungkin aku masih tersesat.
Tapi tak apa, aku menemukan sesuatu di jalan ini.
Aku menemukanmu.
Mungkin kau memang datang mencariku atau hanya kebetulan ada di jalan yang sama ini.
Atau barangkali kamu datang hanya untuk memperbaiki atap-atap hatiku yang bocor lantaran luka lama yang dilempari oleh kenangan-kenangan busuk.
Apapun itu, aku senang menemukanmu berada di jalan yang sama.
Perkara kau tau arah jalan atau tidak pun tak masalah bagiku.
Setidaknya kita bisa memulai perjalanan dengan tersesat bersama, bukan?
Walaupun nantinya kau akan pergi meninggalkan aku di jalan, setidaknya kita pernah mencoba melakukan perjalanan menuju tujuan.
Percayalah, telah banyak aral ku lumat habis untuk menemukan jalan ini.
Telah banyak lika-liku dinding tipuan dan tikungan-tikungan menyebalkan hanya untuk sampai pada jalan ini dan akirnya bertemu kamu. 
Dan kau harus tau begitu banyak hal yang terlewatkan hanya untuk dapat tersesat disni. 
Jadi,
Mari Tersesat Bersamaku.

-nhnuy-

Kamis, 10 Maret 2016

Cara orang-orang memperlakukan kenangan.

Aku pernah melihat orang merapikan kenangan-kenangan yang berserak, dimasukan kedalam kotak penyesalan dan dihanyutkan pada sungai-sungai waktu yang entah muaranya dimana.

Aku juga pernah melihat orang membiarkan kenangan berserakan di ruang-ruang kalbu. Jika kau tanya mengapa tak dirapikan, kau hanya akan mendapatkan jawaban klise bahwa sudah terlampau kacau dan menyentuh kenangan menjadi sangat malas. Apalagi merapikan nya.

Ada juga, orang yang meramu kenangannya. Membakar tanda-tanda hitam dan menelan bekas bekas kebahagiaannya saja. Agar yang membekas hanya yang putih. Ku rasa, itu tidak adil. Entahlah.

Tapi kali ini aku memperhatikan caramu memperlakukan kenangan. Ku lihat kau merapikan kenangan dengan hati-hati dan kau urutkan berdasarkan rasa-rasa mu. Kau letakan kenangan yang kau rapihkan di atas meja kerjamu. Terkadang kau buka lagi kenangan itu, kau baca dan kau pelajari betul tiap-tiap tanda hitam yang menodai kenangan mu. Aku bingung setengah mati. Mengapa kau sehati-hati itu. Bukankah semua hal yang terlewati harusnya sudah selesai?
Apa membaca kenangan tidak melukai masa depan?

Aku mulai meniru caramu memperlakukan kenangan, tapi aku tak benar-benar mampu. Begitu banyak yang kau ciptakan. Ruang kalbuku penuh dan sempit.
Aku tidak tau cara memperlakukan kenangan.
Kau tak pernah selesai mengajariku caranya.
Dan aku harus bagaimana?
Aku tak percaya cara orang-orang.
Lalu harus apa aku?

- nhnuy -

Jumat, 04 Maret 2016

Tentang si pecandu rindu dan bedebah

Dan akhirnya kita sampai pada ujung cerita kisah si pecandu rindu yang menunggu kekasihnya datang membawa peti emas janji dan sebongkah harapan untuk hidup bersama.
Di akhir cerita, si pecandu rindu menyadari bahwa dia tak pernah dihargai, dan satu-satunya yang dihargai kekasihnya hanyalah ego.
Si penikmat ego menjelma menjadi bedebah yang memuakan, membawa segenggam kebencian nan pekat untuk pecandu rindu.
Hati adalah tempat terbaik menyimpan cinta pun benci, untungnya si pecandu rindu paham sekali bahwa si bedebah penikmat ego itu harus sudah berhenti ditunggu, dan bukan lagi harus menjadi yang terkasih. Sebab ketulusan terlalu indah untuk dilemparkan pada sumur-sumur kemunafikan orang-orang yang tak mengerti tentang kesetiaan.
Tuhan Maha Baik, tidak pernah Dia tidak memberi penawar atas luka-luka hambanya.
Si pecandu rindu kini mulai menata kepingan-kepingan jiwa yang berserak di semesta kecil dirinya. Mencari arti lain dari menunggu. Kelak suatu hari si penikmat ego yang bedebah itu mengerti. Karena barangkali, Tuhan akan memberi kesempatan padanya mencicipi luka orang lain yang tersakiti.
Kini si pecandu rindu tak lagi dipecundangi waktu, tak lagi menunggu si bedebah. Ketika terjaga kala malam, tak lagi dihantui kenangan. Semua sudah berubah. Seperti biasa saja.
Memang, semesta tak pernah beri kesempatan orang baik terlarut dalam permainan orang-orang munafik. Segera saja tanda-tanda semesta untuk mengisyaratkan bahwa berhenti adalah pilihan, selalu terjadi.
Si pecandu rindu harus membenci si bedebah dengan sopan dan hati-hati, sebab kebencian akan membawanya pada lorong-lorong gelap kenelangsaan. Dan mati di dalamnya adalah petaka.

Si pecandu rindu kini menjelma menjadi si peramu rasa. Mencari hati lain yang lebih bersih, Mengubur bencinya pada si bedebah kemudian  Menggantung asanya pada bulan dan bintang-bintang. Kelak kan kau temukan ia di langit.

- nhnuy -

Selasa, 01 Maret 2016

Lelah diri

Aku tak bisa lagi membaca pola-pola hidupku yang disulam dengan benang-benang takdir warna-warni. Aku tak benar-benar yakin lagi dengan jiwa dan rasa ku. Ada lelah yang tak terejawantah. Ada lebam yang membiru pada lapisan paling bawah hatiku.

Rupanya aku sudah sangat kelelahan mengejar sesuatu yang entah. Aku jadi semakin bodoh membaca ruang dan waktu. Terjebak dalam pikiran aneh yang biasa dinamai khayalan. Aku tak paham lagi dengan hidupku.

Aku merasa terus-terusan dikhianati diri sendiri. Ingin hilang dan menjadi bukan aku tapi mustahil.
Aku meraba ruang-ruang kalbu yang acak-acakan ini, mencoba menemukan tanda yang hilang.
Tanda syukur yang biasanya lekat mengisi ruang kalbu, kini entah dimana.
Aku berada pada batas-batas bias antara membenci diri atau memaafkan diri.

Aku tak paham lagi dengan diriku sendiri. Rasanya seperti di lukai habis-habisan oleh diri sendiri. Yang paling ku kenal di dunia ini adalah diri sendiri dan yang paling ku takuti selepas takut Tuhan adalah takut pada diriku sendiri. Sungguh aku tak paham lagi.

Lekas sembuh!

Kamis, 25 Februari 2016

Untuk yang selalu bertanya





kau sering kali bertanya padaku, "mengapa kau mencintaiku?". keluh lidahku tak mampu menjawab.
sebab jika ku katakan padamu bahwa aku tidak tau mengapa aku mencintaimu, pasti kau akan mengira aku tak serius menanam perasaan. 
sungguh aku tak tau pasti mengapa aku mencintaimu.
Aku mencintaimu seperti aku mencintai Hujan, Seperti aku mencintai Cahaya, Seperti Aku mencintai malam. 
Aku tak mengerti sebab yang pasti mengapa aku mencintai, yang jelas saat berada dalam hujan aku merasa bahagia. saat melihat cahaya indah berpendar, aku bahagia. dan ketika malam datang menawarkan kesunyian, aku bahagia.
Bohong, jika ku katakan aku selalu bahagia dengan Hujan, Cahaya, atau Malam. Hujan kadang membuatku kecewa karena terlalu banyak membawa air, merendam rumahku yang kecil. Cahaya juga kadang membuatku sedih saat sedang asik-asiknya ku nikmati tiba-tiba cahaya meredup, cahaya Senja contohnya. Kriminal sekali senja itu, membuatku patah hati berkali-kali padahal aku sedang sangat menikmatinya, lalu ia meredup dan hilang. Untung saja berganti malam, hal lain yang aku cintai. Aku juga tak selalu bahagia dengan malam, kadang malam membuatku sangat nelangsa. memutar semua memori pahit dalam sunyi yang tak bertuan.
semua hal yang aku cintai tak selamanya membawaku pada kebahagiaan pun kesedihan. 

sama seperti kamu. aku tak tau mengapa aku mencintaimu. yang jelas aku bahagia saat berada dekatmu. Tapi kamu tidak selalu membuatku bahagia. sama seperti Hujan, kau pernah mengecewakan. Sama seperti Cahaya senja, kau pernah membuatku patah hati berkali-kali. Dan sama seperti malam, kau pernah membuatku nelangsa setengah mati. 

Dari semua hal-hal itu, apakah kau masih bertanya mengapa aku mencintaimu?
kau adalah hal yang aku tunggu meski sekeras apapun perih dan luka yang harus ku kecap. 
kau adalah alasan aku berjalan diatas perih menunggu kebahagiaan
dan berjalan sabar diatas kebahagiaan agar tak memulai kenelangsaan.
kau membuatku berjuang.

Dan alasan aku mencintaimu adalah karena aku harus mencintaimu. Sudahlah, jangan tanya aku. Tanya Tuhan saja sana. Mengapa titipkan perasaan ini padaku untukmu. 

Aku mencintaimu sebab banyak sebab yang tak bisa disebabkan oleh aku sendiri.
Ku pikir cinta adalah kata kerja bukan kata sifat. jadi tak perlu ada alasan, bukan?


~untuk siapapun yang tak bisa merumuskan perasaan~

Selasa, 23 Februari 2016

Malam



"aku menatap bintang kemudian mengutuk pagi" 

adalah aku yang terjaga kala langit hitam berparas cahaya benda-benda langit.
ku cintai malam sebab selalu memberi ruang sunyi bagi pecandu rindu. 
aku mulai mencintai sunyi. 
aku  mulai mencumbui rindu. 
aku mulai menikmati kesedihan.
malam adalah kuil bagi jiwa-jiwa yang lelah
mengambil jalan kesedihan untuk lebih dekat menuju Tuhan
Aku mencintai malam, sehingga tak ingin aku lewatkan
berada diantara waktu bermimpi dan merencanakan kenyataan esok pagi
hanya malam yang mengerti
betapa banyak kata yang tak sempat aku utarakan
hanya malam yang mengerti
betapa aku menjadi diri sendiri
sebab malam membuatku sangat sendirian
dengan seluruh Aku
Aku mencumbui malam dengan doa-doa 
menuju Tuhan dalam sunyi dan kehampaan
membawa Aku menjadi Aku.
Malam, aku mencintaimu.
Jangan berlalu.

Pertemuan



Kau adalah kesempatan yang disematkan pada benang-benang takdir hidupku.
Aku tak pernah baik-baik saja semenjak kau datang
Pada pertemuan 
kali pertama kau berada dalam bola mataku

Kau,
mengusik ruang sunyi jiwa
Merampas apa-apa yang tersisa dari hatiku
mengetuk-ngetuk pintu jiwa yang ku kunci
Hatiku masih sangat dingin sebab terluka kenangan
Tapi kau dengan tidak sopannya membawakan api
Mencairkan kebekuan
mengalirkan sisa-sisa luka
Menuju ketiadaan

Aku tak pernah baik-baik saja semenjak kau datang
Aku ketakutan setengah mati
Siapa kau, berani-beraninya mengganggu
Mengusik kerajaan sunyi
Merampas sisa-sisa perasaan yang ku jaga habis-habisan
kau begitu mudah menyelinap
merobohkan benteng perasaan
Membuatku terjaga kala malam dan setengah gila kala fajar menjelang

Aku tak ingin merumuskan apa-apa yang ku rasa
Sebab takut kau hanya mampir
Mungkin hanya sekedarnya lewat lalu pergi
Atau mungkin kau hanya sedang lari dan bersembunyi dalam hatiku
Apapun itu, yang jelas...
Aku tak pernah baik-baik saja semenjak kau datang
Kau membawa banyak hal yang aku ingin
Dan jika kau bersedia,

Aku harap kau tak hanya sekedar.




Senin, 15 Februari 2016

Hidup adalah Sikap

Apakah kalian pernah mengambil keputusan dalam hidup?

Pasti jawabannya, pernah. Setiap orang pasti pernah mengambil keputusan dalam hidup. Hal tersbebut merupakan proses alamiah dari kehidupan yang sadar atau tidak telah dan akan kita jalani sepanjang hayat. Saya tidak akan membahas tentang sifat manusia secara holistik. Ini hanyalah pemaparan berdasarkan sedikit teori dan olah pikir saya.
“Memilih”  dengan pertimbangan yang matang atau tidak sekalipun adalah kebutuhan hidup yang terjadi sejak saat kita telah diberi akal dan nafsu. Contohnya waktu kita kecil, sekitar umur 1-2 tahun (baca: masa sensorimotor) kita sudah mulai memilih kenyamanan untuk diri sendiri, seperti mau digendong siapa, mau kemana, atau tertarik dengan hal yang mana. Masa  sensorimotor yang menurut Piaget adalah masa dimana kemampuan anak hanya pada gerakan refleks, mulai mengembangkan kebiasaaan-kebiasaan awal, memproduksi berbagai kejadian yang menurutnya menarik, mulai menggunakan bebrbagai hal aau peralatan guna mencapai tujuannya, melakukan berbagai eksperimen dan anak sudah mulai menemukan berbagai cara baru.


Dari teori tersebut kita bisa sedikit menangkap hal yang implisit bahwa sedari kecil kita sudah mampu memilih sesuatu berdasarkan nafsu dan kebutuhan. Beranjak dewasa, kita menjadi sangat sering memilih hal-hal seuai dengan kebutuhan maupun keinginan kita. Pilihan yang tersedia dalam hidup juga semakin kompleks. Semakin banyak pilihan maka semakin sulit untuk memilih. Semakin banyak pilihan maka semakin banyak yang dipertimbangkan. karena pikiran manusia secara normal terus berkembang dari masa ke masa. Naluri dan hasrat manusia juga menjadi semakin menempati ruang kendali perilaku yang cukup berpengaruh terhadap pilihan-pilihan hidup.

Pilihan-pilihan melahirkan sebab akibatnya sendiri, kemudian kita mengenal kata "resiko", "tanggung jawab" dan "penyesalan". Tiga kata yang lekat dengan pilihan. setiap pilihan membutuhkan pertanggungjawban. Sebelum  seseorang memilih sesuatu, jika melewati pertimbangan dengan sadar, maka seseorang tersebut sedang membaca resiko dan atau keuntungan. hal ini merupakan sesuatu yang baik, karena ada proses berpikir dan analisa sebelum memilih. Namun, terkadang kita lupa dengan alasan yang mendasari pilihan kita. sehingga tidak sedikit orang yang terjebak pada "penyesalan". Terlebih lagi jika pilihan hanya didasari oleh nafsu dan egosentri, kemungkinan rasa "penyesalan" akan lebih besar.

Tapi kebanyakan orang akan lebih menyesal ketika belum melakukan pilihannya ketimbang telah melakukan pilihannya. Naluri keingin tahuan kita yang besar mendorong kita untuk mencoba sesuatu. Memilih untuk tidak memilih pilihan juga merupakan suatu pilihan, bukan?

Jika hanya sebatas memilih, sedari kecil pun kita sudah diberi hasrat untuk memilih, kan?

Pilihan hanyalah sebatas pilihan. yang harus diperhatikan bukan tentang pilihan dalam hidup tetapi bagaimana "sikap" kita dalam memilih pilihan-pilihan hidup. Sikap setelah kita memilih dan menjalani pilihan hidup yang telah dipilih -sadar atau tidak- dengan bijaksana. Ini tentang bagaimana kita bersikap pada hidup atas seluruh pilihan untuk proses hidup. Jangan lupa juga, bahwa hidup dan pilihan kita tidak terlepas dari kuasa Yang Maha Kuasa. kita digerakan oleh Sang Pencipta, diberi kesempatan untuk memilih supaya berpikir dan bertanggungjawab atas hidup. 

Jadi, menurut hemat saya, hidup adalah sikap. Kita harus mengambil sikap pada proses hidup sejak mulai mampu berpikir. Dan pada akhirnya penyesalan juga merupakan suatu sikap. Sikap dimana peran "penyesalan" akan menjadi kontemplasi diri atau menjadi momok untuk kehidupan.

Semoga kita senantiasa bijak dalam menyikapi hidup. 

Barakallah :)

-nhnuy


*teori piaget (sumber: bidanku.com)

Jumat, 12 Februari 2016

Setiap Luka adalah Pelajaran Hidup

malam ini tangisku tumpah lagi selagi menenggak rindu.
aku melihat beberapa chatmu di twitter dengannya yang kau sebut "ibu negara". aku menjadi begitu terluka entah mengapa. mungkin aku cemburu atau iri lebih tepatnya. aku tak suka hatiku menjadi sehitam itu. tapi memang sakit rasanya melihatmu bersama yang lain.
aku jadi teringat dulu, saat bersamaku dan kau ternyata lebih memilihnya. kau pernah katakan juga bahwa aku hanyalah pelarianmu. fotoku tak pernah kau upload ke sosial media milikmu. waktu itu komen dan status ku juga jarang kau balas semesra kau membalas komen atau statusnya sekarang. aku merasa tak pernah kau anggap.

tapi lagi-lagi aku bertanya pada diriku, mengapa masih saja aku cintai kamu sebesar ini?
mengapa aku menangis cemburu barusan itu?
apakah mentalku yang tak kuat atau memang aku egois?
aku sudah tau pasti kalian begitu karena "pacaran"

aku sudah putuskan untuk menunggumu kan?
kamu laki-laki yang pantas aku tunggu
aku cinta kamu.

mengapa rasa cemburu itu membuatku berpikir
untuk apa aku menunggu laki-laki yang tak pernah mempedulikan aku?
untuk apa aku mencintai laki-laki yang tak pernah menganggap apalagi mecintaiku?

pertanyaan itu deras keluar dari otakku.
aku jadi lupa bagaimana aku yang kemarin memotivasi diri sendiri.
mengambil keputusan untuk bertahan menunggu juga banyak pertimbangan yang aku pikirkan, bukan?

cemburu membuatku lupa hal-hal itu
mungkin aku memang tipe orang yang cepat menyimpulkan saat sedang terluka, gelap mata kasarnya.
aku masih sangat egois ternyata. aku masih sangat kekanakan juga ternyata.
aku harus pahami diri sendiri. mengenal aku sebagai pribadi yang utuh.
aku menunggumu karena kamu pantas ditunggu, mencintaimu karena kamu pantas dicinta.
entah sebabnya apa, tapi jauh sebelum ini aku sudah sangat rinci memikirkannya hingga mengambil keputusan-keputusan tersebut.
nelangsa, luka, iri, galau, terluka hanyalah bagian kecil dari proses membangun kepribadian.
menunggumu juga sembari beproses lebih baik.
mulai sekarang aku akan belajar mengontrol ego dan kesedihan sembari menunggumu yang tak kunjung datang.
entahlah mungkin kau muak denganku hingga takan datang.

kita lihat, siapa yang menyerah. aku atau kamu.
aku cinta kamu, kamu cinta dia, dia cinta kamu.
aku takan mengganggumu.
hanya menunggu.
berharap
berdoa
entah sampai kapan
mungkin sampai mati rasa
semoga tak hilang diri
semoga tak hilang akal

karena harusnya proses menunggumu adalah tempat penempaan terbaik untuk menjadi pedang yang tajam bukan jadi pedang gagal.

Terimakasih telah menggores luka, sehingga memberi pelajaran hidup dari tiap rasa sakit.

Hasil gambar untuk orang ketiga dalam cinta

Kamis, 11 Februari 2016

Menulislah.

Menulislah !!
Aku akan menjadi pembaca setiamu, kata perkata.
Menulislah !!
Dengan  begitu aku bisa memahamimu tanpa menyapa.
Cara mana lagi yang paling rahasia selain membaca semua tulisanmu kata perkata, makna permakna?
Dengan membaca tulisanmu, aku sedikit banyak bisa mengenali cara berpikirmu.
Dengan membaca tulisanmu, aku juga sekaligus sedang membacamu.
Menulislah !!
Meski kata perkata yang kau tulis kadang bisa menyayat dan melukai hatiku
Tak apa selama aku masih dalam diamku
Tak berteriak memaki atau memuji
Aku hanya akan diam membaca
Menyelamimu
Dari kata perkata
Memahami isi kepalamu yang luar biasa
Memahami hatimu yang seluas samudra
Menulislah !!
Meski setelahnya kau campakkan kata perkata
Aku akan terus membaca apapun yang kau tulis
Tentang dunia atau apapun yang kau pikir
Menulislah !!
Dengan begitu aku merasa dekat denganmu
Dan kelak jika kita berjumpa, kau akan seperti orang yang sudah lama ku kenal
Kau akan sangat terkejut nantinya
Menulislah !!

Kau takkan selesai ku baca. 

Selasa, 09 Februari 2016

Terpenjara Kebodohan

Aku bingung harus apa. Setiap orang pasti pernah ada di titik jenuh atas segala hal. Aku bingung mau apa. Seluruh laku ku tak sejalan dengan prinsip yang aku gadangkan. Aku benar-benar bingung harus berbuat apa. Sementara mimpi di depan mata membelalak memakasaku berbuat susuatu. Tujuan besar yang kata orang sangat sukar dicapai, entahlah. Aku bingung harus apa, harus mulai darimana.

Kamu tau? menurutku semesta seperti memiliki semiotikanya sendiri, Memberitahumu kapan harusnya "Berhenti". Aku keletihan membaca nafas takdir, entah apa yang harus aku lakukan sekarang. Semua tak aku hiraukan, aku asik dengan duniaku sendiri. Melakukan apa-apa yang aku mau dan melalaikan apa-apa yang menjadi tanggungjawabku. Apa yang buatku begitu? ah entahlah, lagi-lagi aku tidak tau.

Aku lakukan apa yang aku mau, Tapi ketika sesak aku terhimpit waktu sebab aku tak lakukan apa yang aku butuh, aku pasti langsung menyesal setengah mati. aku malas, aku bodoh menunda-nunda. Parah sekali aku. pasti begitu kata yang aku utarakan setelahnya aku lakukan kebodohan itu. dan yang lebih bodoh, aku sudah tau bahwa seperti itu adalah bodoh tapi masih saja aku lakukan.

Ah. entahlah aku tak tau apa yang harus lakukan, apa yang harus aku perbaiki dari diri ku. aku selalu membenarkan apa-apa yang salah dengan logikaku. menganggap semua yang ku lakukan benar dan lumrah.

Tentang prinsip yang tak sejalan dengan laku, tentang aku yang tak bisa membagi waktu, tentang kemalasan langsung bergerak dan bertindak sesuai tujuan besar yang mendaku. ah, tapi tiap malam ku merenungi ini, ku temukan semangat lagi untuk esok hari, kemudian pagi sekali aku bangun dan semuanya terlupakan begitu saja. aku mulai pola yang dulu lagi, aku masih saja salah lagi. aku ingin berubah tapi tak mengerti.

aku bingung harus apa. aku bingung harus mulai darimana. dan apa ini? aku berada di sebelah mana kini? antara ingin berubah tapi hanya teori.



Sabtu, 30 Januari 2016

BIAR

sejak kata mu membungkam ku dalam henig. Sejak itu pula kupenjarakan ego bersama hasrat. ini kali pertama kutolak segala paham cinta dan kuletakan seluruh rasa pada ruang terjauh jiwa agar tak lekas kembali merasa. cinta dan kenangan kulepeh habis, kulemparkan pada sumur-sumur luka biar mampus dikoyak kegelapan rindu.

kali ini kutinggalkan nestapa habis-habisan, memaksa rasa tak tinggal lebih lama dalam relung suci nurani yang nelangsa. semoga kelak engkau merasa aku dan aku merasa engkau dalam takdir yang berbeda. kubiarkan waktu mengambil peran atas semua. kau telah selesai aku baca, dan sekarang saatnya menjadi awan berarak di langit penuh cahaya. semoga teduh dan tak kacau lagi. 

Jumat, 29 Januari 2016

Lingkar kecil pengurus Teater Korek menuju Focus Group Discussion

Jumat malam, tepatnya pada 29 Januari 2016 ketika awan sangat coklat karena mendung dan udara melembab sebab gerimis datang tak permisi. Pengurus Teater Korek yang tersisa mengumpulkan asa demi asa yang berserak di lantai Rumah yang katanya Tempat Berkebudayaan itu. Membuat lingkaran tak sempurna sebab hanya bertiga , pengurus sisa yang kuat dan – semoga – solid menghadap papan putih penuh goresan ide dan beberapa bagan-bagan tanggal yang disepakati tapi entah dalam implementasi, semoga tepat waktu karena dirasa waktunya sudah tepat untuk segera bergerak.  Kami (Pengurus) mengikat barisan dan menguatkan satu sama lain sebab sendiri pasti roboh. Milyaran kata dan Ide dibungkus dalam kesepakatan gagasan.

Ini adalah kali kedua Pengurus membentuk lingkaran pasca Rapat Tim Kecil FGD sabtu lalu. Kami mulai menyusun dan mempersiapkan “Focus Group Discussion” yang akan tiba waktunya pada Sabtu malam 06 Februari 2016. Pada pertemuan sebelumnya, disepakati bahwa Teater Korek yang memfasilitasi FGD.  Untuk menepati janji sekaligus kewajiban yang asik itu, maka seperti yang biasa kita lakukan adalah menenun kata perkata menjadi lembaran-lembaran surat dan semi proposal untuk “menebus” kebutuhan-kebutuhan. Undangan-undangan juga dipersiapkan untuk nantinya disebarkan (masa sih pak...). Semoga semua hal tersebut dapat terpenuhi dengan baik. Agar rapih dan terencana, pengurus berupaya sekeras mungkin mulai dari memploting tanggal-tanggal kerja sampai berdoa kepada yang Maha Kuasa (masa sih pak...). hehehe

Pada rapat kali ini, salah satu dari beberapa hal yang dibahas adalah mengenai pendaftaran FTP 3. Rencananya, Pendaftaran FTP 3     mulai dibuka pada tanggal 15 Februari sampai 04 Maret 2016. Namun, masih mungkin akan berubah. Tapi jika tak sabar dan ingin segera, bisa langsung menghubungi pengurus. Tapi yang pasti, pendaftaran ditutup maret 2016. Harapan kami, peserta FTP3 juga tidak tidak kehilangan kesempatan mengikuti FGD yang merupakan tahapan wajib bagi peserta FTP3. Festival teater Pelajar 3 akan diselenggarakan pada september 2016. Sebelum sampai pada september, perwakilan peserta FTP3 (sutradara, dan tim kreatif) wajib mengikuti FGD yang dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai bulan April. Setelah itu, dari April sampai September peserta diberikan waktu untuk berproses. Untuk pendaftaran FTP 3 yang kurang lebih dibuka sampai Maret 2016 ini, peserta cukup menyerahkan formulir, surat izin dari sekolah dan membayar uang muka sesuai dengan ketentuan. Hal-hal lain mengenai FTP3 dapat dilengkapi seiring berjalannya FGD.

Begitulah beberapa bahasan yang terangkum dan sekiranya penting untuk diberitahukan. Pengurus akan melakukan rapat lanjutan bersama pelopor pada Sabtu, 30 Januari 2016. Semua hal yang tertulis tersebut diatas masih dapat berubah sampai menemukan kesepakatan besar besok. Semua hasil yang telah disepakati besok akan dimuat lagi di blog teater korek ( korekbekasi.blogspot.co.id ).
Selamat Lewat Tengah Malam.
Salam Budaya !! Ayo Bekerja.
-NHnuy